Kamis, 20 Desember 2012

Umar bin Abdul Aziz, Mutiara yang Bersinar Indah


Mutiara yang Bersinar Indah



Manusia paling dungu ialah manusia yang menjual akhiratnya dengan dunia orang lain.” (Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh-)

Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- adalah sosok yang setiap kehidupannya dapat dijadikan cermin teladan bagi setiap orang yang ingin memperoleh derajat kemuliaan di dunia dan di akhirat, beliau adalah pemimpin yang adil dan kholifah yang mulia, cucu Amirul Mukminin Umar bin al-Khoththob al-Quroisy -rodhiallohu anhu-. Ia selalu menyibukkan diri untuk dakwah dan berinfak di jalan Alloh -subhanahu wa ta'ala-, semangat menuntu ilmu, terkenal dengan sifatnya yang pengampun dan kerendahan hati. Juga dikenal dengan berbudi pekerti yang mulia, dermawan serta banyak berinfak. Ia termasuk orang yang dekat kepada Alloh -subhanahu wa ta'ala-, dan terjaga seluruh perbuatan-perbuatannya. Ia sangat zuhud terhadap dunia, padahal dunia ada dalam genggamannya, sehingga ia menjadi imam teladan dalam zuhud dan panutan dalam ibadah. Ia didatangi oleh dunia, namun ia menampiknya.

Saudaraku..! Ketahuilah.., bahwa Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- pernah membagi-bagikan 200 dirham kepada orang-orang pengasingan di Khonasiroh, juga ketahuilah bahwa beliau pernah memberikan kepada Yazid bin Umar bin Mauroq (maulanya Ali bin Abi Tholib -rodhiallohu anhu-) pakaian dan 200 dirham, ditambah lagi 50 dinar karena kesetiaan Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- kepada Ali bin Abi Tholib -rodhiallohu anhu-.

Terdapat kisah menarik, ketika Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- sedang keluar menunggang kuda kecil berwarna keabu-abuan dan ia mengenakan pakaian yang sederhana, sehingga tidak dikenali oleh sebagian rakyatnya.

Kemudian datang seorang lelaki dengan menunggang seorang lelaki dengan menunggang ontanya dan menderumkan onta tersebut, lantas ia bertanya kepada seseorang tentang Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh-. Maka dikatakan kepadanya, “Bahwa Umar telah keluar bersama kita dan dia akan kembali lagi sekarang.” Umar bin Abdul Aziz mendekat, ia berjalan bersama seseorang. Lalu dikatakan kepada lelaki tersebut, “Ini Umar bin Abdul Aziz.” Lelaki itu akhirnya bangkit dan mengadukan bahwa ‘Ada bin Arthoh berada (mengambil) di tanah miliknya. Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- berkata, “Demi Alloh kami tidak heran kepadanya kecuali sorbannya yang hitam.” Kemudian Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- memerintahkan untuk mengembalikan tanah milik lelaki tersebut.

Lalu Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- bertanya, “Berapa yang engkau habiskan bekalmu untuk bertemu denganku ke sini?” Ia menjawab, “Wahai Amirul Mukminin engkau bertanya tentang pengeluaranku, sedangkan engkau telah mengembalikan tanahku, dan itu lebih baik daripada seratus ribu.” Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- berkata lagi, “Sesungguhnya apa yang aku kembalikan adalah hakmu, maka beritahu kepadaku berapa ongkos yang telah kamu keluarkan untuk mengunjungiku?” Ia menjawab, “Baiklah,  60 dirham.” Kemudian Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- menyuruh lelaki itu mengambil sebanyak pengeluaran ongkosnya ke Baitul Maal.

Ketika Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh- selesai menyelesaikan tugasnya ia memanggil lelaki tersebut, lalu lelaki itu berbalik, dan Umar -rohimahulloh- berkata kepadanya, “Ambilah ini 5 dirham dari uangku, maka makanlah dengan uang itu sampai engkau kembali kepada keluargamu inshaAlloh.”

Kisah menarik lainnya, ketika suatu hari seorang Arab Badui dengan mengenakan pakaian using dan masih kentara tanda kesengsaraannya datang menemui Umar bin Abdul AziAlz -rohimahulloh-, lalu berkata dengan suara yang lemah, “Wahai Amirul Mukminin, aku mempunyai kebutuhan, sementara bekalku telah habis. Alloh pasti akan meminta pertanggung-jawabanmu tentang aku pada hari Kiamat!”

Coba ulangi kata-katamu!” kata Umar -rohimahulloh-. Setelah orang Arab Badui itu mengulangi kata-katanya, Umar -rohimahulloh- menundukkan kepalanya, sementara airnya menetes hingga jatuh ke bumi. Ia lalu mengangkat kepalanya dan berkata, “Berapa orang jumlah keluargamu?” Orang Arab Badui itu menjawab, “Empat, aku dan ketiga putriku!” Akhirnya, Umar -rohimahulloh- menetapkan bagi laki-laki itu 300 dirham, sedangkan untuk anak-anaknya 100 dirham. Selain itu ia memberi 100 dirham sambil berkata, “Yang 100 ini dari hartaku untukmu, bukan dari harta kaum Muslimin. Sekarang, pergilah dan manfaatkanlah sampai pemberian untuk orang-orang Islam keluar. Nanti, kamu mengambil jatahmu.

Inilah kedermawanan Umar bin Abdul Aziz -rohimahulloh-, ia selalu member kepada orang yang membutuhkan kepada dirinya dengan uang hartanya sendiri, dan tidak dari harta publik atau harta Negara. Ia yakin bahwa kematian pasti menyapa dirinya, maka ia berusaha untuk menciptakan sebuah kematian yang indah, yang tiada lain tentunya dengan banyak berinfak.

Alloh -subhanahu wa ta'ala- berfirman,
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Robb kalian dan kepada surge yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Alloh menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka, dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain daripada Alloh? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.” (Ali ‘Imron : 133-135)

***

INTISARI HASMI, Menuju Masyarakat Islami, Realita Kemurnian & Kepalsuan, vol. 24.2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar